Kemunculan desktop publishing pada akhir tahun 1980-an memungkinkan printer, penerbit dan pengiklan untuk mendigitalkan teks, grafis dan fotografi. Terlalu besar untuk sebagian besar hard disk internal, file-file ini ditransfer ke media eksternal dengan label metadata sederhana. Mereka ditempatkan dalam file dan folder hierarkis yang sederhana.
Pada tahun 1992, Canto Software merilis Cumulus — salah satu sistem DAM pertama. Ini adalah solusi on-premise, solusi yang berdiri sendiri, yang menampilkan pratinjau gambar mini, pengindeksan metadata dan kemampuan pencarian. Sementara solusi DAM awal membuat aset mudah ditemukan, diverifikasi, dan diambil, file masih tidak mudah dibagikan.
Pada awal 2000-an, DAM berbasis server memungkinkan berbagi file melalui Internet. Tak lama kemudian, penyimpanan cloud menawarkan cara lain untuk menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan aset digital.
DAM dengan cepat berkembang menjadi perpustakaan terintegrasi yang mampu mengirimkan konten ke berbagai perangkat, sistem, dan repositori. Antarmuka pemrograman aplikasi (API) memungkinkan aset untuk dihubungkan ke berbagai aplikasi dan memenuhi persyaratan tertentu dengan cepat dan efisien.
Kini, kemampuan AI sudah umum disematkan ke dalam DAM-penandaan dan referensi silang aset secara cerdas, termasuk pengenalan video dan pengenalan suara. IBM Watson Video Enrichment dapat menganalisis aliran video dengan menggunakan teknologi deep learning sementara IBM Blockchain Platform memastikan keamanan DAM yang lebih baik. Menggunakan pembelajaran mesin, sistem DAM dapat mengantisipasi kebutuhan konten dan membuat rekomendasi kepada pengguna. Tugas-tugas pemasaran ini dilakukan dalam hitungan menit atau kurang, sehingga memungkinkan organisasi untuk merespons dalam waktu yang hampir seketika dan mendapatkan keunggulan kompetitif.